Thursday, July 26, 2012

Hei You, Take Off Your Clothes!!!

Dalam obrolan ringan yang nggak penting, salah seorang teman saya yang kebetulan seorang pria tulen tiba-tiba berkata. "Loe tau nggak saat yang paling vulnerable bagi seorang pria?". Saya sempat berpikir keras sebelum menjawab. "Saat baru ditinggal pacar atau istri," jawab saya dengan pede. Tapi teman saya ini menggelengkan kepalanya. "Saat buka celana dan pipis di toilet umum," ucapnya sambil nyengir. Saya tertawa terbahak-bahak mendengar jawabannya yang terdengar cemen itu. Tapi setelah itu dia bercerita betapa sangat vulnerablenya seorang pria pada kondisi tersebut. Karena ternyata ada saja cowok yang iseng dan sempat-sempatnya ngintip saat prosesi tersebut. Pastilah jadi bikin nggak nyaman. Dan kebayang kalau cowok diserang penjahat saat sedang dalam posisi itu, pasti kan ribet.Musti naikin celana dan sebagainya. Pokoknya rempong banget deh. Itulah alasan kenapa temen saya si cowok tulen itu menyebut kondisi itu sebagai saat di mana seorang cowok sangat vulnerable.
Tapi sebenernya bukan cowok aja. Cewek juga pasti akan jadi sangat-sangat vulnerable dalam kondisi seperti itu. Dan saya pernah mengalaminya. Merasa sangat tidak berdaya dan terintimidasi ketika seorang berteriak di depan wajah saya .."Hei You, Take Off Your Clothes!!!". Sumpah saya yang preman aja ngerasa sangat terintimidasi saat teriakin begini. Parahnya lagi, orang yang neriakin saya ini nggak beranjak dari tempatnya berdiri sampai saya mulai melucuti pakaian satu per satu sampai tidak ada lagi benang yang menempel. Saya merasa sangat-sangat tidak berdaya saat berdiri dengan tangan menyilang mengelilingi tubuh. Sumpah, saat itu sepertinya saya mau nangis. Bukan cuma karena diteriakin suruh telanjang. Tapi juga berdiri dalam keadaan tidak mengenakan pakaian apa pun di depan orang-orang yang tidak saya kenal. Setiap mata saya bertabrakan dengan sepasang mata lainnya, saya hanya bisa menundukkan kepala.
Saat saya menyelesaikan alinea di atas, Ichal, cowok yang duduk disamping saya di kubikel kecil kami di kantor langsung berkomentar. "Ternyata loe berbakat juga ya jadi penulis porno!". Gara-gara judul dan cerita di atas, dia berasumsi saya tengah menulis cerita porno. Saya jadi berpikir, kalau Ichal aja berpikir kalau ini adalah cerita porno, kemungkinan besar orang lain juga akan berpikir yang sama. Wah, nggak bener kalau begini. Cerita ini bukan cerita porno. Tapi ini adalah cerita tentang kejadian yang lucu sekaligus traumatik (berley bin lebay pisan) waktu pertama kali masuk ke spa dan sauna khas orang Korea.
Ini kali pertamanya saya masuk dan mencoba spa dan sauna di Korea. Itu pun karena sudah dipaksa-paksa. Akhirnya saya masuk juga. Pada saat spa sih masih pakai pakaian dalam. Giliran masuk ke sauna dan mau berendam di pool, tiba-tiba seorang perempuan setengah mutu (muda tapi tua) membuka pintu dan mengacungkan tangannya kearah saya sambil berteriak menyuruh saya buka baju. Bahkan untuk merendam kaki saja saya tidak diijinkan, sebelum saya benar-benar membuka semua pakaian. Dan sialnya, saya satu-satunya perempuan yang masih menggunakan pakaian dalam. Akhirnya dengan berat hati saya membaur dengan perempuan-perempuan yang lain dan melakukan hal yang sama. Memang sih, mereka tidak ada yang memperhatikan saya. Tapi tetap saja rasanya kok canggung banget. Mungkin karena saya nggak terbiasa, jadia rasanya kikuk. Tapi buat orang Korea yang sejak kecil sudah biasa sauna macam gini, ya rasanya nggak aneh.
Selain ketidaknyamanan itu, saya juga rada risih soal kebersihan. Ada satu kejadian yang membuat saya jadi rada males mengulangi pengalaman ini karena melihat seorang nenek-nenek membasuh bagian genitalnya saat berada di pool air panas. Memang sih suhu air di atas 38 derajat. Tapi tetap saja saya merasa geli dan langsung memalingkan wajah. Untuk dia ada di pool yang berbeda dengan saya.
Terlepas dari kehebohan selama 2 jam berada di sauna aka jimchilbang, ini adalah pengalaman unik yang pastinya tidak akan terlupakan.

Saturday, April 14, 2012

The Secret of Jeju Island

Setiap kali ngomongin soal Korea, apalagi pulau Jeju, temen-temen saya pasti deh histeris dan bilang "it's the most beautiful place on earth." Saya sih cuma nyengir aja mendengar komentar-komentar tentang Jeju dan saya tidak akan menulis tentang keindahan Jeju kali ini. Saya lebih tertarik buat membahas mengenai the secret of Jeju alias hal-hal unik apa saja yang orang tdak tahu tentang Jeju. So, this is it, the Secret of Jeju.

Ada tiga hal yang sangat terkenal di Jeju, antara lain : The Wind, The Women, and The Rocks.

Dan saya akan membahas mengenai The Women.
Di bandingkan kawasan lain di Korea, populasi perempuan di Jeju memang lebih banyak. Sebenarnya, ada latar belakang sejarahnya. Di masa lampau, Jeju yang merupakan kawasan perairan mengandalkan pemasukannya melalui perikanan. Jadi warga Jeju sebagian besar adalah nelayan. Para pria Jeju berangkat menangkap ikan di malam hari dan pulang pagi-pagi dan kemudian beristirahat. Sementara para perempuan Jeju menggarap ladang dan sawah. Mengumpulkan kayu bakar dan lain sebagainya. Jadi yang terlihat pada siang hari hanya perempuan saja. Dan para perempuan Jeju terkenal sangat mandiri dan bisa melakukan semuanya sendiri. A very independent woman. Selain bekerja di ladang, perempuan Jeju juga sangat hebat untuk urusan pekerjaan-pekerjaan yang menantang, seperti jadi penyelam. Perempuan Jeju terkenal sebagai penyelam yang hebat. Mereka bisa menyelam untuk mengambil tripang dikedalaman lebih dari 10 meter di bawah permukaan laut tanpa menggunakan alat selam. Mantap nggak sih. Sebelum tahun 1960-an, ada sekitar 3,000 penyelam perempuan di Jeju. Tapi sekarang, jumlahnya semakin menurun. Paling tidak hanya sisa 500-an penyelam perempuan di Jeju. Itupun hanya sisa penyelam nini-nini yang bener-bener udah nini-nini, yang umurnya berkisar antara 60-80 tahun. Generasi mudanya memilih untuk mencari penghasilan di luar Jeju. Mereka pergi ke Jepang dan Russia untuk mencari uang yang lebih banyak dan membiayai keluarga.
Kehebatan perempuan Jeju berbanding terbalik dengan prianya. Pria Jeju dikenal sebagai pria pemalas dan kurang punya fighting spirit. Nggak heran kalau tingkat perceraian di Jeju termasuk yang paling tinggi seantero Korea. This is the fact lho. Alasan utamanya ya nggak lain dan nggak bukan adalah masalah ekonomi.

The Rock
Jeju adalah kepulauan yang terbentuk dari ledakan vulkanik. Jadi banyak sekali ditemukan tumpukan bebatuan vulkanik di Jeju Bahkan beberapa byek wisata yang terkenal di Jeju merupakan bentukan dari ledakan vulkanik yang terjadi ribuan tahun yang lalu. Tapi saya nggak akan ngebahas soal tempat-tempat wisata yang terbentuk dari ledakan vulkanik. Saya akan membahas soal tumpukan batu yang lain. Dalam perjalanan dari kota Jeju ke kawasan Jungmun yang ditempuh dalam waktu kurang lebih 40-50 menit, di lapangan hijau di pinggir jalan raya, saya melihat gundukan batu yang posisinya tidak beraturan. Saya bingung, kenapa tumpukan batu ini komposisinya nggak jelas. Kalauitu adalah pagar kok nggak rata dan posisinya ada di depan, tengah dan menyamping. Pokoknya berantakan banget deh. Dan ternyata selidik punya selidik, tumpukan batu itu bukan pager melainkan kuburan nenek moyang. Jadi nenek moyang orang Jeju membuat kuburan dengan tumpukan batu. Maksudnya sih biar menjaga dari gangguan binatang seperti kuda dan lembu. Biar nggak bisa dirusak, ya ditimbunlah dengan batu-batuan. Karena itu merupakan makam leluhur, walaupun disampingnya ada rumah, atau resort atau tempat golf, ya dibiarkan seperti apa adanya. Jadi, kalau ke Jeju dan ngeliat tumpukan batu, jangan main petak umpet disitu yah. Ntar disentil lho ama Mr. Kim, leluhurnya orang Jeju. Hi hi hi hi

The Wind
Saya nggak akan ngebahas soal the wind. Karena ceritanya kurang menarik. Jadi saya skip aja soal wind. Karena hanya ada satu yang penting soal angin di Jeju. Saya menghabiskan satu pak tolak angin hanya untuk mengusir angin yang bersarang di tubuh saya. Nggak menarik kan? Makanya nggak saya terusin. Udah sih. Jangan maksa gw buat cerita soal the Wind itu deh. Masa mau bilang juga akibat masuk angin itu saya jadi semakin sering buang angin. Nggak lucu kan???

Orange Jeju
Salah satu hasil alam terbesar dari Jeju adalah jeruk. Jeju merupakan enghasil jeruk terbesar dan terbaik di Korea. Alam Jeju memungkinkan tumbuhan jeruk berkembang dengan sempurna di sini. Dulu, punya perkebunan jeruk sama dengan tanda kemakmuran dan kekayaan. Pohon jeruk disebut sebagai pohon universitas. Artinya kalau punya pohon jeruk berarti bisa menyekolakan anak sampai ke universitas. Tapi ama kelamaan, jumlah petani jeruk makin bertambah dan memiliki perkebunan jeruk tidak lagi menjadi sesuatu yang prestisius dan julukannya pun melorot jadi pohon TK. Artinya, kalau punya perkebunan jeruk, yah palingan cuma bisa nyekolahin anak sampai TK doang. Kasian banget nggak sih? Jadi kalau kebetulan ke Jeju dan ketemu petani jeruk yang lucu, jangan buru-buru mikir dia kaya dan kalau dikawinin ama dia duitnya kagak berseri. Palingan juga cuma cukup nyekolain anak sampe TK doang. Hahahahaha.
Ada 3 jenis jeruk yang paling terkenal di Jeju. Jeruk Mandarin, jeruk Cheng something (Gw lupa namanya. Ntar kalau inget gw tulis lagi) dan yang ketiga adalah Halla Bong. Saya paling suka yang terakhir. Jeruk ini dikasih nama Halla Bong karena bagian bawahnya bentuknya seperti puncak gunung Halla, gunung keramatnya orang Jeju. Bagian belakangnya tuh berkerut dan menonjol. Kalau cowok-cowok berotak mesum pasti akan menyebut bagian belakang jeruk ini dengan sesuatu yang mengingatkan pada bagian tubuh cewek. I will not say which part. Tapi kalau liat fotonya pasti tau deh maksudnya apa. Jeruk Hall Bong ini rasanya manis dan ukurannya besar-besar dan tidak berbiji. Sumpah enak banget dan sehari saya bisa menghabiskan 4-5 buah. Maklum yah, namanya juga suka, jadi aja rada maruk. Kapan lagi makan jeruk khas Jeju. Harganya lumayan mahal. Kalau di supermarket, satu biji bisa 1500-2000 won atau sekitar 12.000-16.000 rupiah.

Well, so far itu yang bisa keinget tentang The Secret of Jeju island, kalau keingetan lagi yang lainnya, pasti langsung di post deh.

Monday, April 2, 2012

Es Krim Rasa Dewasa



Without ice cream, there would be darkness and chaos. Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Apa jadinya dunia kalau tidak ada ice cream. Bagaimana saya dan perempuan-perempuan lain harus menghibur hati saat patah hati atau berantem dengan bos? Kemana kami harus menumpahkan kesedihan? Atau dengan apa kami harus merayakan kebahagiaan kalau tidak ada sesuatu yang dingin dan manis bernama ice cream? I love ice cream. Saya merasa feminin saat menikmati semangkuk ice cream atau ice cone dan saya merasa wajib menempatkan tempat-tempat makan ice cream di kota-kota yang saya tulis dan menempatkannya pada satu bab khusus. Saya menikmati perjalanan mencari tempat-tempat ice cream, dan di Singapura saya jatuh hati pada rasa es krim yang tidak biasa. Saya penyuka dark chocolate ice cream, pistachio ice cream, mint ice cream, hazelnut dan black sesame ice cream. Di Singapura saya menemuka ice cream dengan rasa-rasa baru yang unik dan enak.

Gara-gara seorang anak perempuan berumur 10 tahun yang tengah asyik menjilati es krimnya saya kenal dengan kafe ini. Setelah menjajal beberapa varian rasanya, saya harus bilang, inilah kafe es krim terenak di Singapura. Ada 40 varian rasa yang membuat saya ngiler tak berkesudahan. Melissa, pemilik kafe ini menyediakan es krim rasa unik seperti Wasabi Mango, Lychee Martini, Ginger Crumble, Chunky Peanut Butter, Hei! Sesame, Salted Mr Brown.

Secara pribadi saya suka Wasabi Mango. Perpaduan rasa antara pedas dan asam plus manisnya bikin ketagihan. Saya penyuka wasabi jadi rasa ini cocok buat lidah saya. Rasa Chunky Peanut Butter-nya juga unik dan enak. Aroma kacang panggang yang harum tercium dan kerenyahan serta gurih rasa kacang kental terasa. Pilihan cocok bagi pecinta kacang-kacangan. Tapi yang paling membuat terpesona adalah Salted Mr Brown. Es krim yang memadukan rasa garam laut dan gula palem. Perpaduan yang tidak pernah saya bayangkan bakal enak dan ternyata sangat enak. Must try flavour. Teman saya memilih Coconut & Durian dan Cheez Berry. Sementara menu paling favorit di sini adalah Figs & Honey. Semua pilihan es krim ini bisa dinikmati dengan cone, cup atau waffle. Tapi kalau datang ke sini weekend, siap-siap antre dan menunggu pesanan. Pengunjungnya padat banget.

The Daily Scoop

41 Sunset Way #01-04

Clementi Arcade

T : +6564633365

Jam Operasional : 11.00-21.00

Harga : 3-5,50 SGD

The Best Teh Tarik and Indian Food di Malaysia




Sabtu siang di tahun 2004, saya dan mantan pacar berencana jalan-jalan ke daerah Seremban, kota tempat orang tuanya tinggal. Tapi rencana tersebut gagal karena sahabat si mantan membelokkan rencana kami dan mengajak ke Batu Cave. Saya masih ingat wajah Prakash, sahabat mantan saya yang berbinar-binar nakal saat menyebut Batu Cave. Saya belum pernah ke sana dan tidak tahu seperti apa Batu Cave. Perasaan sudah tidak enak ketika kedua pria ini meminta saya mengenakan pakaian yang santai dan sepatu flat. “Batu Cave is a beautiful garden. So, you have to wear comfortable shoes. It’s very nice place and we can have the best Indian food there,” bujuk Prakash sambil tersenyum. Saat saya memandang mantan pacar, dia hanya tersenyum dan menaikkan bahunya. Batu Cave berada di distrik Gombak, Selangor yang berjarak kurang lebih setengah jam dari Kuala Lumpur. Begitu mobil masuk ke area parkir, saya langsung tahu saya masuk ke dalam jebakan Prakash. “Where is the garden, Prakash?” saya bertanya dengan sebal. Prakash tidak menjawab pertanyaan saya. Dia hanya tertawa terbahak-bahak sambil setengah menyeret saya keluar dari mobil.

Batu Cave merupakan salah satu tempat tempat suci umat Hindu yang konon sudah berusia 400 tahun. Batu Cave menjadi tempat pemujaan Dewa Muruga. Di pintu masuk berdiri patung Dewa Muruga setinggi 42,7 meter yang disepuh dengan cat emas yang khusus diimpor dari Thailand. Pada saat pertama kali saya datang, patung Dewa Muruga ini masih dalam proses pembangunan. Tapi kali kedua saya datang, patung ini sudah selesai dan meskipun saya bukan orang India dan Hindu, saya tetap tidak bisa berhenti mengaguminya. Untuk masuk ke dalam Batu Cave harus melewati anak tangga yang sudah tidak sanggup lagi saya hitung. Saya kehilangan kemampuan menghitung begitu memasuki angka 80-an. Yang pasti, saya seperti kehabisan napas ketika sampai di puncak. Tubuh saya basah keringat dan rambut langsung lepek dan muka merah. Tapi ada kepuasan tersendiri saat bisa mencapai puncak dan merasakan hembusan angin yang terasa begitu sejuk. Niat saya untuk mendorong Prakash dari puncak tertinggi langsung hilang. Di dalam ada gua Ramayana. Saya kagum dengan patung Hanuman yang menjulang tinggi. Menurut Wikipedia, patung Hanuman ini tingginya 15 meter. Lucunya, ada beberapa monyet yang berkeliaran dan saya tidak tahu apa yang ada dalam diri saya yang begitu memesona buat binatang ini. Seekor monyet yang tengah asyik nangkring di salah satu pilar memandang dan mengedipkan matanya pada saya. Saya sampai terhenyak dan mantan tertawa melihat kelakuan monyet tersebut. Ini bukan pertama kalinya seekor monyet flirting terang-terangan.

Dulu, ketika kakak perempuan saya tinggal di Sanur, tempat kosannya berada di jalan yang sama dengan Grand Hyatt Sanur dan ada seekor monyet yang dipelihara dan selalu nangkring di tembok. Setiap kali saya menggoes sepeda melewatinya dan menatapnya, dia selalu mengedipkan matanya. Saya jadi bertanya-tanya, apakah di mata monyet-monyet itu saya tampak seseksi Megan Fox? Tapi kenapa efek yang sama tidak terjadi pada cowok-cowok ganteng ya? Ok, return to Batu Cave, setelah lemah lunglai menaiki dan menuruni tangga, saya diajak makan di dekat area parkir. Di sini ada beberapa rumah makan yang pastinya menyajikan makanan India. “Here, you can taste the best Indian food in Kuala Lumpur,” ungkap Prakash. Makanan India yang ada di sini hanya menyediakan menu-menu vegetarian. Saya sempat ternganga mendengar kata-kata itu. I’m a meat lover. Saya nggak pernah makan tanpa ada lauk yang terbuat dari daging. Makan nggak afdol kalau nggak pakai lauk pauk. “You will like it jaan. The food is good. Trust me,” ucap mantan sambil memeluk bahu saya. Sementara Prakash yang berada di depan saya hanya tertawa-tawa saja. Jujur, saya langsung ngedrop. Apalagi melihat pelayan menaruh daun pisang di depan kami. Tidak berapa lama datang pelayan lain yang menaruh nasi, kari yang terbuat dari sayur okra, daal yang terbuat dari kacang kedelai, dan gorengan plus papadam, sejenis kerupuk khas India. “Mixed it up and eat. Stop staring at the meal. If you don’t eat it, they will think that you insulting their food,” ucap si mantan setengah mengancam. Saya mengikuti sarannya dan mulai mengaduk nasi dengan semua jenis kari dan daal yang ada dan menyuapkannya ke dalam mulut. Honestly, it’s delicious. Saya mampu menghabiskan jatah makanan yang ada di atas daun pisang di depan saya. Bukan semata-mata karena saya kelaparan sehabis menaiki ratusan tangga tapi karena makanannya memang enak. Tanpa ada tambahan lauk pauk pun saya bisa menghabiskan dan menikmatinya. Siapa nyana sayur kari okra ternyata enak juga. Asalkan jangan makan menu ini setiap hari, saya sangat bahagia menikmati makanan ini lagi. I love vegetarian style of this Indian food.

Di restoran ini pula untuk pertama kalinya saya merasakan Teh Tarik yang terenak yang pernah saya coba. Cara pembuatannya pun lengkap dengan gerakan akrobatik. Hebatnya, tidak ada satu tetespun air teh yang jatuh. Semakin jauh jarak tarikan ternyata semakin membuat teh enak. Mereka menyajikan teh tarik di dalam gelas yang terbuat dari alumunium. Saya paling jarang memuji teh tarik kalau tidak benar-benar enak dan teh tarik di sini benar-benar enak. Saya sampai nambah sampai dua gelas. Satu-satunya yang membuat saya merasa sedikit kurang nyaman, banyak sekali pedagang asongan yang masuk ke restoran yang menawarkan berbagai macam produk mulai obat kumis, obat penebal rambut sampai obat kuat. Sayang mereka tidak menjual obat pelangsing, pasti saya sudah tertarik membelinya.

Monday, March 12, 2012

Shopping Menggila di Korea

Insadong, tempat berburu makanan dan barang-barang tradisional

tas hasil belanja di Shinsaegae Premium Outlet. Keren kan?

tempat nongkrong di Lotte Premium Outlet, Paju


Blok A, Lotte Premium Outlet, pas di depan Michael Kors, Tods dan Kate Spade. The coolest triangle, don't u agree??


Walaupun saya tidak segila Rebecca Bloomwood, si perempuan gila belanja di buku Confession of a Shopacholic karangan Sophie Kinsela, tapi saya tidak bisa memungkiri kalau saya punya kecenderungan panik saat belanja. Seringkali saya terjebak dengan barang-barang yang saya beli tapi setelah sampai di rumah, saya baru sadar kalau saya tidak membutuhkan barang-barang tersebut.

Dibandingkan beberapa tahun yang lalu, penyakit belanja menggila saya sudah sedikit membaik. Artinya, otak saya sudah bisa berfungsi dengan baik saat belanja. Thanks to Tita, gw belanja dengan menggunakan trik khusus. Untuk di Jakarta, gw hanya belanja pada saat sale gila-gilaan dan barang yang dibeli adalah barang-barang branded yang setelah diskon sampai 70% harganya jadi sangat bersahabat sekali sungguh (most of the time maksudnya...hihihi).

Dan setiap kali jalan-jalan ke luar negri, saya sudah tidak lagi lapar mata buat beli barang-barang prentilan yang lucu tapi nggak pernah saya beli. Setiap kali mau beli barang, saya mikir dulu sampai kening berkenyit, kira-kira barang tersebut akan saya pakai dan saat apa dan kemana. Itu cukup membantu saya untuk tidak melakukan pembelanjaan yang tidak penting dan mengurangi beban di koper dan kartu kredit.

Tapi sejak saya kerja di tempat baru dan beberapa kali dikirim ke Korea, penyakit shopping menggila ini kumat lagi. Uang saku lebih sering keabisan dan boro2 nabung, yang ada tabungan ikut jebol gara-gara belanja di Korea. Bukan karena harganya mahal-mahal lho. Tapi justru karena harganya murah-murah. Korea murah??? Yang bener??? Mungkin itu yang orang bilang. Tapi dengan penuh percaya diri dan keyakinan yang sangat tinggi, saya akan bilang.."BENERR bangettttttt.."

Kalau ditanya belanja apa saja di Korea, saya lebih sering belanja make up dan tas. Saya nyaris tidak pernah membeli baju atau sepatu di Korea. Alasannya sih sederhana aja. Cewek2 Korea itu ukuran badannya liliput. Sementara saya mungil banget. Minta ukuran khusus cewek2 mungil kayak saya aja kalau disamain dengan ukuran Indonesia sebenernya sih seukuran dengan M. Bete banget kan. Sementara sepatu-sepatunya, terutama high heels atau wedges modelnya super duper feminin. Dengan motif bunga-bunga dengan tambahan asesoris seperti pita-pita atau renda-renda. Sebanci-bancinya saya, kalau harus pakai sepatu unyu begitu tetep aja masih nggak sanggup. Satu lagi masalahnya. Ukuran kaki saya juga berbanding rata dengan ukuran tubuh. Sementara sama seperti badannya, kaki cewek2 Korea itu mungil-mungil. Jadi ukuran kaki 41, jarang banget. Akhirnya saya insyaf. Tidak mau lagi tanya ukuran baju atau sepatu karena sudah tidak sanggup lagi menatap wajah penjaga toko yang memandang dengan tatapan iba saat menggelengkan kepala.

That's it. Saya kapok dan nggak mau cari perkara. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi beli dua item itu di Korea. Kecuali saya melihat ukurannya pas di badan mungil saya ini. Dan saya menemukan make up dan tas sebagai pelarian belanja. Dulu, isi make up pouch saya terdiri dari make up dari Amerika, Eropa dan Asia. Tapi sekarang, isinya adalah make-up keluaran Korea. Make up Korea, terutama yang juga dijual di Indonesia harganya jauh lebih murah di Korea. Kalau dihitung-hitung, hanya sepertiga dari harga yang dijual di Indonesia dan kualitasnya bagus. Cocok buat kulit orang Indonesia. Termasuk saya yang berkulit eksotis (memuja diri sendiri alias super narsis and pede jayaraya).

Saya paling suka belanja make up di Myeongdong dan Dongdaemun. Karena selain belanja, saya juga bisa melakukan hobi saya yang lain yaitu icip2 makanan. Di Myeongdong ada puluhan toko kosmetik dengan foto-foto bintang Korea sebagai pemanis. Enaknya belanja di Korea, kita sering banget dapat hadiah-hadiah dari mereka. Semakin banyak belanjaan, semakin banyak hadiah-hadiahnya. Hadiah-hadiah itu kadang saya jadikan oleh2 buat orang-orang yang tidak terlalu dekat tapi kalau ketemu bawaannya minta oleh2 (tau dong dan pasti punya dong temen-temen yang model begini?).

Myeongdong lebih enak karena posisinya outdoor dengan toko-toko mungil berderet-deret. Lokasinya pun lebih berkelas. Jadi lebih keren buat belanja. Kalau cape milih barang, tinggal nyari es krim yang cuma 2000 won tapi setinggi monas. Jujur ini nggak boong. Kalau diukur pake penggaris kurang lebih 32cm. Blenger2 deh tuh. Dan percaya atau tidak, makan es krim itu paling enak bukan di musim panas. Tapi di musim dingin. Lebih mantap tau nggak.

Buat orang Indonesia, Dong dae mun itu sudah sangat tersohor. Pertama kali saya berangkat ke Korea, saya tinggal di kawasan Dong Daemun hampir sebulan lamanya. Dan saya hapal benar jalan-jalan di sekitar Dong Dae Mun market ini. Kalau dihitung-hitung, ada lebih dari 30 mall. Selain jadi mall pujaan para pelancong, Dong Dae Mun juga jadi idola orang Korea. Tapi orang Korea kalau mau belanja ke Dong Dae Mun jarang sekali mau jalan sendirian. Mereka selalu ngajak teman. Pokoknya kalau belanja harus berdua. Minimal. Karena menurut cerita mereka, kalau berdua, kemungkinan ditipunya sangat kecil. Hahahahahaha. Saya sih belum pernah ditipu (eh, amit-amit jangan sampai yah...*ketok meja tigakali) tapi temen saya sudah pernah ngerasain ketipu di Dong Dae Mun dan dia selalu berpesan, jangan belanja sendirian di Dong Dae Mun. Yang unik dari Dong Dae Mun, semakin malam justru semakin banyak orang yang datang. Karena ada Migliore yang buka 24 jam. Migliore kalau di Jakarta ya mirip-mirip dengan ITC Kuningan deh. Barangnya lucu2 dan harga bisa ditawar. Di depan Migliore kalau sudah malam banyak banget pedangan kaki lima yang jual baju-baju lucu. Tapi dengan ukuran yang kecil-kecil deh.

Walaupun Myeongdong dan Dongdaemun adalah dua tempat belanja idola yang wajib dikunjungi setiap kali jalan ke Korea, belakangan ini saya punya tempat idola lain yang bisa bikin kantong saya kempes tapi hati sangat bahagia dan terpuaskan. Tempat itu adalah Premium Outlet. Modelnya seperti Gotemba di Jepang. Lokasinya ada di provinsi Gyeonggi atau Gyeonggi-Do, tepatnya di daerah Paju. Di daerah ini ada 2 Premium Outlet yang besar banget. Yang pertama, Shinsaegae Chelsea Premium Outlet dan yang satunya Lotte Premium Outlet. Shinsaegae lokasinya nggak jauh dari DMZ Observatory. Kurang lebih ada 140 outlet barang-barang premium seperti Coach, Nina Ricci, Bean and Pole, CK, Ferragamo, dan banyak banget. Seratus empat puluh outlet aja getho lho. Harga barang-barang di sini rata-rata sudah di diskon 50-70%. Pokoknya belanja di sini, terutama untuk barang-barang branded berasa banget deh murahnya. Saya dapat tas lucu dengan harga dibawah 1,5 juta. Tas yang sampai sekarang sering bikin ngiler orang dan sudah dikecengin banyak orang. Saya merasa, belanja di sini tuh worthed banget dan masuk dalam kategori smart shopper. Beli jaket, baju or sepatu olah raga seperti Adidas, Nike, Reebok , dll juga paling asyik dibeli di sini. Yang suka jeans, percaya atau nggak bisa dapet Levis dengan harga 100-150 ribu rupiah aja. Apa nggak mau mati saking kagetnya??? Barang-barang yang dijual di sini sebagaian besar nggak masuk ke Indonesia. Jadi nggak pasaran.

Enaknya lagi, di depan komplek Shinsaegae ini ada juga ruko-ruko yang jual barang-barang branded lainnya dengan harga yang juga di diskon gede-gedean. Salah satu yang bikin ngiler adalah Factory Outletnya Zara. Siapa yang nggak pusing kalau kaos atau baju yang lucu-lucu itu dibanderol dengan harga Rp.100.000-Rp.200.000? Bisa panik kita belanjanya bukan???

Premium Factory Outlet lain yang baru buka di kawasan Paju, adalah Lotte Premium Outlet. Lebih luas dan besar dari Shinsaegae. Sehari nggak akan cukup buat muterin Outlet ini. Dan siapkan uang yang cukup dan kartu kredit buat belanja. Karena dijamin deh bakal ngiler sengiler-ngilernya di sini. Salah satu outlet yang paling saya suka adalah Kate Spade. Bayangin aja, di sini saya dapet tas yang harganya 1/3 dari model yang sama yang ada di Jakarta. Di sini outletnya Prada aja ada. Michael Kors atau designer-designer America dan Eropa mah ada. Jadi kalau ngerasa suka belanja barang-barang branded, musti ke sini. Pake sepatu teplek yang nyaman karena lokasinya luas banget. Gempor kaki buat muterin tempat ini. Gempor kaki dan dompet tapi hati bahagiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa