Thursday, July 26, 2012

Hei You, Take Off Your Clothes!!!

Dalam obrolan ringan yang nggak penting, salah seorang teman saya yang kebetulan seorang pria tulen tiba-tiba berkata. "Loe tau nggak saat yang paling vulnerable bagi seorang pria?". Saya sempat berpikir keras sebelum menjawab. "Saat baru ditinggal pacar atau istri," jawab saya dengan pede. Tapi teman saya ini menggelengkan kepalanya. "Saat buka celana dan pipis di toilet umum," ucapnya sambil nyengir. Saya tertawa terbahak-bahak mendengar jawabannya yang terdengar cemen itu. Tapi setelah itu dia bercerita betapa sangat vulnerablenya seorang pria pada kondisi tersebut. Karena ternyata ada saja cowok yang iseng dan sempat-sempatnya ngintip saat prosesi tersebut. Pastilah jadi bikin nggak nyaman. Dan kebayang kalau cowok diserang penjahat saat sedang dalam posisi itu, pasti kan ribet.Musti naikin celana dan sebagainya. Pokoknya rempong banget deh. Itulah alasan kenapa temen saya si cowok tulen itu menyebut kondisi itu sebagai saat di mana seorang cowok sangat vulnerable.
Tapi sebenernya bukan cowok aja. Cewek juga pasti akan jadi sangat-sangat vulnerable dalam kondisi seperti itu. Dan saya pernah mengalaminya. Merasa sangat tidak berdaya dan terintimidasi ketika seorang berteriak di depan wajah saya .."Hei You, Take Off Your Clothes!!!". Sumpah saya yang preman aja ngerasa sangat terintimidasi saat teriakin begini. Parahnya lagi, orang yang neriakin saya ini nggak beranjak dari tempatnya berdiri sampai saya mulai melucuti pakaian satu per satu sampai tidak ada lagi benang yang menempel. Saya merasa sangat-sangat tidak berdaya saat berdiri dengan tangan menyilang mengelilingi tubuh. Sumpah, saat itu sepertinya saya mau nangis. Bukan cuma karena diteriakin suruh telanjang. Tapi juga berdiri dalam keadaan tidak mengenakan pakaian apa pun di depan orang-orang yang tidak saya kenal. Setiap mata saya bertabrakan dengan sepasang mata lainnya, saya hanya bisa menundukkan kepala.
Saat saya menyelesaikan alinea di atas, Ichal, cowok yang duduk disamping saya di kubikel kecil kami di kantor langsung berkomentar. "Ternyata loe berbakat juga ya jadi penulis porno!". Gara-gara judul dan cerita di atas, dia berasumsi saya tengah menulis cerita porno. Saya jadi berpikir, kalau Ichal aja berpikir kalau ini adalah cerita porno, kemungkinan besar orang lain juga akan berpikir yang sama. Wah, nggak bener kalau begini. Cerita ini bukan cerita porno. Tapi ini adalah cerita tentang kejadian yang lucu sekaligus traumatik (berley bin lebay pisan) waktu pertama kali masuk ke spa dan sauna khas orang Korea.
Ini kali pertamanya saya masuk dan mencoba spa dan sauna di Korea. Itu pun karena sudah dipaksa-paksa. Akhirnya saya masuk juga. Pada saat spa sih masih pakai pakaian dalam. Giliran masuk ke sauna dan mau berendam di pool, tiba-tiba seorang perempuan setengah mutu (muda tapi tua) membuka pintu dan mengacungkan tangannya kearah saya sambil berteriak menyuruh saya buka baju. Bahkan untuk merendam kaki saja saya tidak diijinkan, sebelum saya benar-benar membuka semua pakaian. Dan sialnya, saya satu-satunya perempuan yang masih menggunakan pakaian dalam. Akhirnya dengan berat hati saya membaur dengan perempuan-perempuan yang lain dan melakukan hal yang sama. Memang sih, mereka tidak ada yang memperhatikan saya. Tapi tetap saja rasanya kok canggung banget. Mungkin karena saya nggak terbiasa, jadia rasanya kikuk. Tapi buat orang Korea yang sejak kecil sudah biasa sauna macam gini, ya rasanya nggak aneh.
Selain ketidaknyamanan itu, saya juga rada risih soal kebersihan. Ada satu kejadian yang membuat saya jadi rada males mengulangi pengalaman ini karena melihat seorang nenek-nenek membasuh bagian genitalnya saat berada di pool air panas. Memang sih suhu air di atas 38 derajat. Tapi tetap saja saya merasa geli dan langsung memalingkan wajah. Untuk dia ada di pool yang berbeda dengan saya.
Terlepas dari kehebohan selama 2 jam berada di sauna aka jimchilbang, ini adalah pengalaman unik yang pastinya tidak akan terlupakan.