Kalau ada tempat yang sangat spektakuler di Bangkok,
Vertigo lah tempatnya. Saya lebih suka menyebut tempat ini sebagai resto bar.
Karena sebagian besar orang yang datang ke sini bukan mencari makanan tapi
untuk menikmati suasana. Vertigo berlokasi di lantai 61, Banyan Tree Hotel. Ini
adalah resto bar alfresco paling tinggi di kawasan Asia Pasifik.Tidak ada atap
yang menghalangi pandangan Anda ke langit dan menikmati bintang-bintang. Saat
saya menjejakkan kaki dan menengadahkan kepala ke atas dan menatap
bintang-bintang yang berkilauan, saya jadi ingat film-film romantis buatan
Hollywood. Selalu ada momen di mana pasangan merebahkan tubuh bersisian sambil
berpegangan tangan dan menatap bintang. Saya menyesal, kenapa datang ke tempat
ini bukan dengan pasangan, tapi bersama seorang teman yang juga merasa
terintimidasi dengan romantisme yang tersaji di depan mata. Saya yakin, dia
juga menyesal kenapa datang ke tempat ini bersama saya dan bukan dengan
kekasihnya. Yah, kami berdua sama-sama berkhayal menikmati malam yang romantis
bersama pasangan masing-masing di tempat ini.
Hampir semua yang datang ke sini adalah pebisnis,
selebriti, sosialita dan ekspatriat yang berkantong tebal. Mereka datang dengan
penampilan yang keren dan berkelas. Menurut teman saya, di sinilah tempat yang
tepat untuk melihat orang-orang paling berpengaruh di Bangkok berkumpul. Sambil
menunggu pesanan datang, saya memandang ke sekeliling. Tidak ada satu wajah pun
yang familiar. Tapi saya melihat satu hal yang familiar, bling oh bling. Semua
perempuan dan pria yang ada di sekitar saya mengenakan sesuatu yang berkilauan
di tubuh mereka. Kalau bukan kalung, gelang atau cincin berlian, tentu ya jam
sekelas Rolex atau Patek Phillipe dengan taburan berlian yang berkilauan. Sambil
mengomentari perhiasan orang-orang disekeliling, teman saya meyakinkan bahwa
roasted lamb yang dipesankannya untuk saya merupakan menu yang terlezat yang
bakal saya cicipi. Saya hanya tersenyum manis. Saya menolak untuk berkomentar
sebelum bener-bener mencicipi menu tersebut. Penampilannya keren dan berkelas.
Matangnya sempurna. Tidak over cooked. Masih terlihat juicy.
Setelah memandangi piring, saya mulai memotong
daging lamb dan melumpurinya dengan saus dan mulai mengunyah. Dagingnya empuk
dan rasanya memang enak. Apalagi dengan puree kacang polong. Rasanya
benar-benar luar biasa. Selesai menghabiskan lamb steak, saya memilih membasuh lidah
dengan red wine yang makin memperkuat cita rasa lamb steak-nya.
Setelah kenyang, saya mencoba beberapa cocktail.
Sayang saya nggak mencatat namanya dan jujur saja, setelah gelas ke dua, otak
saya mendadak tumpul dan saya hanya bisa menikmati suasana yang romantis sambil
berdoa bisa kembali lagi ke sini sambil menggenggam tangannya. Dan saya tahu
akan banyak joke-joke super garing yang akan keluar dari mulutnya. Tapi tetap
saja, saya yakin tempat ini bisa membuat si garing itu menjadi lebih romantis.
No comments:
Post a Comment