Selama puluhan kali bolak balik Singapura, saya punya persepsi sama dengan hampir semua turis yang menginjakkan kaki di sana. Singapura itu modern, keren, bersih, tertib dan teratur. Kota yang enak untuk dinikmati 2-3 hari. Jujur, saya suka dengan Singapura karena di sini saya bisa menikmati sarana transportasi umum tanpa merasa terintimidasi dengan copet, preman yang baru keluar dari penjara, gerombolan penghipnotis, atau pria-pria cabul yang memanfaatkan sarana umum yang padat buat colak-colek. Saya juga suka dengan Singapura karena udaranya yang bersih. Saya bisa menikmati berjalan kaki berkilo-kilo tanpa sesak napas karena udara yang bercampur dengan polusi. Itu yang saya rasa dan pikirkan tentang Singapura. Tapi semua itu sirna setelah mendengarkan cerita seorang teman yang kebetulan seorang penulis traveling yang berdomisili di Singapura.
Malam itu, saya dan beberapa teman sedang berkumpul dan ngobrol-ngobrol. Setiap kami kumpul, pembicaraannya memang tidak jauh seputar jalan-jalan, cowok dan apa pun bahasannya, selalu ditutup dengan omongan soal makanan. Yah dilihat dari ukuran kami yang imut-imut, memang wajar kalau segala sesuatu pasti selalu diakhiri dengan makanan. Kami semua memang hobi makan. Malam itu pembicaraan mengarah tentang Singapura. Sebenarnya saya bertanya pada teman saya ini, apa yang membuat dia betah tinggal di Singapura. Karena saya tinggal di Singapura lebih dari seminggu aja rasanya udah mau mati karena bosan. Apalagi saya bukan tipe yang doyan keluyuran di mal. Dia tertawa mendengar pertanyaan saya. "Gw kan sering pulang ke Jakarta dan sering traveling. Jadinya kerasanya nggak berat banget," ungkapnya. Dari obrolan ringan, cerita berlanjut tentang beberapa fakta yang nggak akan pernah disadari turis yang datang ke Singapura. Bahkan saya terkejut mendengarnya.
Dan inilah beberapa fakta yang mengejutkan itu
1. Singapore is the most haunted city in Asia
Dengan kata lain, Singapura adalah kota paling berhantu di Asia. Berhantu?????? Saya dan beberapa teman langsung berteriak tidak percaya dan memandang si penulis dengan pandangan tidak percaya. "Kalian taunya cuma Orchad doang," ejek si penulis sambil tertawa. Yah nggak salah juga sih perkataannya. Sebagian besar waktu memang dihabiskan di Orchad. Atau daerah Bugis. Walaupun saya dan Tari termasuk suka menjelajah, bahkan sampai ke daerah East Coast dan red district, kami lebih memilih menginap di Orchad atau Bugis. Dengan alasan lebih mudah dijangkau. Ternyata, menurut teman saya ini, daerah pinggiran di Singapura itu termasuk menyeramkan. Dia bercerita, saat tinggal di sebuah kondo, dia sering melihat mahluk2 yang menyeramkan dan mengalami hal2 yang ganjil. Untuk mengingat kembali ceritanya saja saya sudah merinding. Tapi ada yang paling saya ingat. Setiap ada penghuni apartemen yang meninggal, jenasahnya ditempatkan di ruang kebersamaan yang berada di lantai dasar atau basement. Sambil menunggu penguburan, orang2 akan berjaga disekitar jenasah. Mereka berjaga agar jangan sampai ada kucing yang mendekat. Apalagi sampai melompati jenasah. Bisa2 jenasahnya bangun kembali. Konon, ini bukan sekedar cerita isapan jempol saja. Tapi hal tersebut pernah terjadi. Dan setiap ada jenasah yang disemayamkan, mendadak kucing2 bermunculan. Aduhhhhh, serem banget nggak sih.
Selain masalah kucing dan jenasah, teman saya ini juga cerita bahwa di Singapura banyak sekali jalan buntu. Jiahhhhhhhh, kalau fakta ini saya tau. Tapi saya nggak ngeh kalau ada hal-hal magis yang melatarbelakangi kawasan ini. Banyak kejadian yang menyeramkan terjadi di Singapura. Bahkan ada buku Singapore Ghost Stories yang judulnya aja udah bikin saya pusing dan mules-mules. Ada beberapa tempat yang dianggap sebagai the most haunted place in Singapore. Salah satunya Changi Hospital. Pas nulis ini, sengaja saya buka foto-foto tentang tempat ini. Jujur ngeliat fotonya aja saya sudah merinding. Apalagi kalau disuruh dateng ke sana. Bisa nangis bombay saya.
2. Snake...snake..snake is everywhere
Mahluk yang satu ini adalah mahluk yang sangat mengerikan dan bisa membuat saya lari tunggang langgang seperti Pamela Anderson di film Borat. Ngeliat bentuknya aja saya udah nggak sanggup. Apalagi bertemu secara rutin. Nggak mungkin deh. Dan di Singapore, sialnya banyak banget ular, terutama jenis phyton. Dan binatang melata ini dilindungi. Jadi kalau ketemu ular phyton, dilarang main hakim sendiri. Harus langsung telpon pihak Singapore Zoo dan mereka akan mengirimkan pawang untuk menjemput mahluk melata ini. Temen saya cerita, salah satu saudaranya yang tinggal di Singapore pernah shock banget saat buka closet ternyata ada kepala phyton nyembur. Oke, phyton memang nggak berbisa sih, tapi helloooooooooooooooooooooooo, kepalanya nongol di closet nggak banget kan. Sumpah, gw langsung parno ngebayangin kalau tuh ular tiba-tiba nongol pas kita lagi enak-enaknya nongkrong di situ. Oh emmmmmm geeeeee, nggak kebayang. Amit-amittttttttt. Gara-gara cerita phyton di mana-mana ini, setiap kali jalan di Singapore, gw lebih waspada (parno maksudnya). Kalau lewat taman yang sedikit rimbun, langsung mata jelalatan. Yang ada bukannya ngeliat phyton, tapi malah ngeliat hantu lagi. huaaaaaaaaaa tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Seriously, cerita tentang Singapore ini nggak ngebuat gw jadi berhenti pergi ke sana. Tapi justru membuat gw jadi lebih hati2. Sekarang gw nggak lagi pindah2 tempat nginep. Gw tetep nginep di sebuah hostel didekat Bugis karena my darling friend yang punya six sense sudah menjamin keamanan tempat ini. Aman dari mahluk-mahluk yang gentayangan. hihihihi.
No comments:
Post a Comment