Monday, August 9, 2010

Legend of Phu

"Hi, my name is Phu. Not Pho! I'm not your breakfast!"

Perkenalan ini langsung disambut gelak tawa peserta tour Mekong Delta yang berada di dalam bus. Dengan topi berlambang Nike warna putih, kemeja putih dan celana abu-abu dan sepatu warna hitam dan kacamata rayban palsu, Phu lebih terlihat seperti salesman ketimbang guide. Urusan gaya, cowok yang mengaku berasal dari kampung di pelosok Vietnam ini patut diacungi jempol. Meski bahasa Inggrisnya belepotan dan lebih banyak menggunakan kalimat perintah yang tidak berstruktur, Phu pede aja. Jokenya juga lumayan banyak. Meski garing, lumayan menghiburlah. Apalagi ipod mati dan perjalanan dari Ho Chi Minh City ke Mekong Delta ditempuh selama kurang lebih 3 jam.

Menurut curhatannya di dalam bus, Phu berasal dari kampung. Ayahnya seorang petani. Tahun 1997, mata Phu baru terbuka dan melihat dunia. Dia baru tahu bahwa ada orang dengan ras caucasian yang berkulit putih dan berambut pirang atau cokelat dengan mata biru, hijau atau ungu. Awalnya dia mengira semua manusia itu berwajah Asia dan berhahasa Vietnam. Selepas SMA, Phu pergi ke Ho Chi Minh City dan sekolah menjadi guide dan belajar bahasa Inggris. (No wonder kalau gayanya alay begini, hehehe).

Setelah bus mulai meninggalkan Ho Chi Minh City, mulailah Phu bercerita tentang Mekong Delta dan kecantikan gadis-gadis Mekong yang sangat menawan. "Tapi ayah saya melarang saya jatuh cinta atau berhubungan dengan gadis-gadis Mekong," ucapnya. Nggak jelas juga kenapa ayahnya melarang. Phu tidak menjelaskan secara spesifik kenapa gadis Mekong terlarang. (Menurut perkiraan gw sih karena orang tuanya takjut Phu nggak bisa balik lagi ke daratan kalau menikah dengan gadis Mekong. Itu tebakan sotoy gue lho). Sampai di Mekong Delta dan mengunjungi pusat wisata Mekong, makin ketauanlah sifat asli si Phu. Gw merasa dia lebih cocok jadi salesman ketimbang guide. Karena selama di Mekong, dia justru sibuk jualan. Bahkan membantu pelayan di rumah makan mendagangkan Elephant Ear Fish yang ternyata adalah ikan gurame goreng. Sambil jualan, nggak lupa dia colek-colek gadis-gadis Mekong yang diakunya sebagai kekasihnya itu. "This is my girl friend," ucapnya sambil memeluk seorang gadis di pusat penjualan permen kelapa. Sampai di pusat penjualan madu, lagi-lagi Phu memeluk seorang gadis yang juga diakui sebagai pacarnya. Sampai di tempat terakhir, Phu masih memeluk gadis-gadis yang ditemui sepanjang perjalanan di Mekong Delta. Sangat culamitan bin cunihin menurut gw.

Phgu baru kena batunya waktu kapal berlabuh di dekat pasar. Pemberentian terakhir sebelum kami kembali ke kota. Jalan turun kapal sedikitr tinggi dan saat gw mau turun, Phu menawarkan diri untuk membantu. Gwe sebenernya nggak yakin waktu Phu ngulurin tangan karena posisi dia kayaknya nggak kokoh. Tapi karena dia maksa, terpaksalah gw terima. Begitu gw melompat turun, pegangan Phu goyang, and dia kepeleset ke bibir beton. Refleks dong tangannya meluk ke perut gw dan refleks pula gw menghindar sampai akhirnya Phu teriak ,"help me." Gw baru sadar kalau kaki dia udah nyungsep ke tumpukan sampah dan nyaris kejengkang. Gw tarik tangannya. Bagian bawah celananya kontor dengan lumpur. Topi kebanggaanya jatuh dan kacamata raybannya masuk ke air. Untungnya semua perlengkapan dia bisa diselamatkan dan kami pun masuk ke dalam bus dengan wajah lega.

Meski sempat blangsak, Phu tetap eksis. Selama perjalanan pulang, dia masih semangat cerita tentang perbedaan toilet dan restroom menurut orang Vietnam dan alasan mengapa di setiap kapal yang berlayar di sungai Mekong selalu ada tempelan berbentuk mata berjumlah dua. Dan yang paling dahsyat adalah ucapan selamat tinggal yang sangat personal dengan menjabat tangan semua orang saat masih berada di bus. Tapi gw sadar bahwa inilah cara Phu menagih tips dari para peserta tour. Trik yang menurut gw sangat pintar. Smooth and smart. Sama seperti caranya memperkenalkan diri. Yang langsung membuat semua mata dan perhatian tertuju padanya. Juga kehandalannya sebagai sales.

No comments: