Saturday, January 14, 2012

Demi Sepotong Red Velvet Cake di Union






"Loe udah pernah ke Union belum cong?" tanya teman suatu hari lewat BBM.
"Belum cuy. Belum ada kesempatan kesana. TApi udah denger sih kehebohannya!"
Saya sudah mendengar tentang tempat ini sudah beberapa bulan yang lalu. Tapi lagi-lagi urusan pekerjaan yang membuat saya belum sempat menginjakkan kaki ke tempat itu dan mencoba makanan yang ada di sana. Beberapa kali saya mau mengajak klien meeting di sana tapi selalu terhalang dengan alasan fully booked. Dan karena ini urusan pekerjaan dan klien, saya tidak mau ambil resiko tidak dapat tempat. Jadi saya memang belum kesampaian mampir ke tempat ini.
Jujur, saya sangat penasaran dengan tempat yang lagi hip ini. Bayangkan, walk in customer tidak bisa langung masuk dan harus menunggu beberapa jam. Saya tidak percaya, sampai akhirnya neng Uchi ngoceh panjang lebar soal itu. Sudah menunggu tiga jam pun masih belum dapat tempat. Saking tidak sabarnya, Uchi memilih pergi dari situ. Kalau saya jadi Uchi, saya pun akan melakukan hal yang sama. Tapi saya ingin tahu, apa yang membuat orang rela menunggu begitu lama untuk masuk ke tempat ini. Is it the food? or the atmosphere? or just another marketing trick from the management.
Akhirnya, saya memutuskan untuk datang kembali ke Union. Kali ini untuk makan malam bersama nyokap dan Tari plus sang pembantu. Pagi-pagi saya menelpon ke Union dan mendapat jawaban yang sudah saya bayangkan sebelumnya. Resto fully booked dan saya hanya bisa masuk ke daftar waiting list. Oh, I don't mind about it. Toh kalau harus sampai menunggu lama, masih banyak restoran di Plaza Senayan yang bisa saya datangi.
Begitu sampai di Union, saya harus menunggu sampai dipersilahkan duduk oleh waitress yang tidak ramah dan sedikit jutek. Saya beruntung karena tidak harus menunggu lama. Dalam waktu 15 menit si waitress jutek itu mempersilahkan saya duduk. Saya dan nyokap duduk selama 15 menit sampai seorang waitress meletakkan tatakan meja dan alat-alat makan. Kami harus menunggu 10 menit lagi sampai pelayan yang sama datang membawakan buku menu. Sambil menunggu, saya menikmati suasana di Union. Karena saya datang pada saat makan malam, lampu yang temaram dengan nuansa New York terasa sangat cozy tapi satu sisi saya seperti teringat dengan Loewy yang masih berada di satu management dengan Union. Ada kesamaan yang nyata sekali. Yang unik dari Union justru taman yang berada di belakang yang unik dengan pohon yang dihiasi lampian yang berpindar terang di malam hari. Memberi kesan hangat dan nyaman.
Giliran pesan makan, kepala saya mulai berputar. Pesan apa ya? Akhirnya saya memesan Caesar Salad, Grilled Pork Ribs, Spagetti Aglio Olio, Spagetti Carbonara dan Meatball with meled Cheese. OK, Sebelum kalian menyebut saya rakus, itu adalah pesanan untuk 4 orang. Jadi masih bisa dikategorikan wajar. Untuk Caesar Saladnya saya bilang enak. Walaupun tidak spektakuler. Begitu juga dengan Grilled Pork Ribsnya. Bumbunya meresap dan matangnya pas. Tapi ya, itu aja. Kalau dibandingkan ama Nuri's mah ya jauh lah. Intinya biasa ajah. Menu lainnya juga B banget. Sumpah B ajah. Kami makan tanpa antusias dan membayangkan betapa nikmatnya menu yang kami makan ini kalau dipesan dari restoran Italia yang ada di mega Kuningan.
I'm not happy with Union. Makanannya biasa dan pelayanannya jelek banget. Beberapa kali pelayan datang membawa menu yang tidak kami pesan. Membuat saya berpikir, apa tidak ada sistem yang benar sampai pesanan bisa kacau balau? I know the place is pack with people, but still, it's not an excuse yahhh. Malam itu, setelah foto-foto di taman belakang, kami pulang, dengan perasaan yang tidak terlalu bahagia. Makanan yang dipesan tidak memuaskan dan saya gagal mencoba Red Velvet Cake yang begitu menghebohkan. "Kami hanya membuat seratus potong per hari,"kata salah seorang pelayan.

Well, karena malam itu tidak berhgasil memesan Red Velvet, saya kembali lagi ke Union. Kali ini tujuannya hanya satu. Mencoba Red Velvetnya. Kali ini nggak ada yang nemenin dan cuma bisa duduk sendiri di Minggu siang yang mendung sambil memandang red velvet cake yang berada di depan mata. Mengundang liur. Satu yang menarik, red velvet cake ini ditaburi potongan kacang pistachio. Rasanya memang enak dan one of the best. I agree with some people who adore the red velvet cake in this place. Kalau saya harus mengantre demi sepotong Red Velvet Cake yang dibandrol dengan harga 50 ribu rupiah ini rasanya saya tidak keberatan. Tapi kalau harus antre demi menu lainnya, saya akan bilang, No Way.
So bisa dibilang, Union is save by the Red Velvet Cake.

No comments: