Saturday, April 16, 2011

The 3 Idiots and The Crabs

Sebagai pecinta kepiting, saya tahu kepiting yang paling mantap di seluruh Indonesia raya ini adalah kepiting dari Papua. Ukurannya sama besarnya dengan kepiting Srilangka. Satu ekor kepiting ukurannya bisa lebih dari satu kilogram. Dagingnya banyak dan penuh. Tidak akan sia-sia deh mengotori tangan dan mendapatkan goresan-goresan di tangan saat mengopek daging dari dalam cangkangnya. Saya beruntung karena housemate tercinta kerja di Papua dan setiap bulan dia turun gunung. Kadang yang dibawa udang, tapi kalau sedang bulan bersinar, kepiting lah yang jadi buah tangan yang ditunggu-tunggu. Walaupun mengaku sebagai pecinta kepiting, saya dan teman serumah tidak ada yang bisa memasak kepiting. Kami juga tidak tahu bagaimana caranya memotong dan membersihkan kepiting. Cemenk, satu-satunya pria di rumah mungil kami mengaku pernah melihat bagaimana mengolah kepiting. Pelajaran yang dia dapat dari Neneng Anjarwati, chef pastry yang sempat mengolah kepiting dari Kalimantan di rumah tetangga. Dengan hasil browsing, akhirnya didapatlah bumbu kepiting itu. Tapi karena kepiting sudah dikirim ke rumah Mbak Dian, sobat kami yang jago masak dan piawai menangani kepiting, akhirnya kami bertiga meluncur ke rumah Mbak Dian. Sampai di sana, Mbak Dian belum sampai. Masih dalam perjalanan. Kami berteriak girang melihat ukuran kepiting yang besar-besar ini. Kebayang dong enaknya kepiting ini kalau sudah matang. Jujur walaupun kepiting itu menebarkan bau amis, tapi kami tidak peduli. Di dalam kepala sudah terbayang betapa lezatnya menu ini nantinya. Dasar crab addict, Cemenk tidak sabar menunggu Mbak Dian sampai ke rumah. Karena sudah tahu resepnya, akhirnya pria ini nekat untuk memasak kepiting itu. Caranya adalah dengan menggodok air di dalam panci. "Kata Mbak Dian, sebelum dimasak, kepitingnya musti dibersihin dulu non. Musti disikat," kata Linong sambil membaca BBM yang ditulis Mbak Dian. Saya mulai membongkar dapur Mbak Dian untuk mencari sikat. Setelah dapat, saya memegang tali rafia yang diikatkan kebadan kepiting dan membawanya masuk ke tempat pencucian piring dan mulai mengucurkan air dan menggosok badannya. Sungguh ini bukanlah pekerjaan yang menyenangkan dan mudah. Beberapa kali sikat saya dicapit dengan kencang. Kepiting berukuran besar ini melakukan perlawanan yang kuat. Dalam hati saya berpikir, kalau mengolah kepiting begini sulit dan merepotkan, pasti restoran dan pedagang seafood kaki lima pasti kerepotan mengolahnya. Saya merasa apa yang kami lakukan ini pasti ada yang nggak bener deh. Hati kecil saya merasakan itu. Karena saya tahu Mbak Dian nggak mungkin mau memasakkan makanan yang rempong gini. Tapi saya mencoba diam.


dan inilah chef sotoy berdarah dingin ituh

Mungkin karena saya merasa saya yang terlalu manja dan nggak pernah turun langsung ke dapur. Setelah mencoba menyikat tiga ekor kepiting, Linong kembali muncul di dapur. "Non, kepitingnya musti dimatikan dulu,"ucapnya. Saya setuju. Tapi saya bingung, bagaimana cara mematikan kepiting? "Cangkangnya digeprak non," kata Cemenk. Dengan menggunakan ulekan, saya berusaha menggeprak cangkang kepiting. Dua kali geprak, tapi kepiting ini masih bergerak-gerak. Dan saya tidak pernah melihat kepala kepiting yang hancur. Di restoran mana pun cangkangnya selalu dalam kondisi utuh. "Oh, betul. Jangan digeprak. Langsung dimasukkan ke dalam panci aja. Neneng waktu bikin juga langsung dicemplungin," ungkap Cemenk. Kepiting itu pun diangkat dan langsung dicemplungkan ke dalam panci yang bergolak. Linong yang selama kehebohan ini ada diujung pintu menjerit melihat keganasan gaya masak Cemenk. Dia langsung gemetaran, apalagi melihat kaki kepiting ada yang belum masuk semua ke dalam panci. Jadi kaki itu masih bergerak-gerak. Kalau dipikir-pikir memang kayak film horor/slusher gitu deh. Tapi yang paling heboh adalah saat Cemenk menghantam seekor kepiting dengan talenan kayu berukuran besar. Dua kali hantam, cangkang kepiting itu langsung remuk dan ususnya tercerai berai di lantai dapur Mbak Dian. Gaya pembantaian berdarah dingin dan sangat gerwani sekali. Penampakannya benar-benar horor dan di situ kami bertiga mulai terlibat argumentasi. Kayaknya cara pengolahan kepiting yang baik tidak seperti ini. Tapi sekali lagi kami bingung. Dan saat kami mulai bingung dan terdiam di dapur dengan muka bego ditemani oleh Buddy dan Ollie, dua ekor anjing Mbak Dian.


the 3idiots ituh


Untunglah beberapa menit kemudian, Mbak Dian datang dan geleng-geleng kepala melihat kami mengacau di dapurnya. "Aduh Cuy, kenapa berantakan begini sih. Itu kepiting ngapain digodok? Udah sekarang airnya dibuang. Nanti biar mamah yang masak," ungkap mbak Dian. Setelah ngobrol ngalor ngidul selama beberapa menit, akhirnya Mbak Dian masuk ke dapur dan mulai menangani kepiting. "Sebenernya gw udah nggak yakin waktu kalian bilang mau masak sendiri. Gw nggak yakin kalian ngerti caranya. Gini nih cara matiin kepiting. Liat baik-baik ya. Balik kepitingnya. Ditengah itu jantungnya. Tusuk pakai gunting. Tekan. Langsung mati. Gunting dan belah. Bersihin insang dan ususnya. Baru dicuci dan disikat. Gampang kan? Nggak berantakan kayak gitu," ucap Mbak Dian sambil menunjuk kepiting yang sudah belecetan nggak karuan di atas meja. Dan ternyata setelah dibersihin, kepiting itu nggak perlu digodok pakai air panas. Langsung dimasak aja. BUmbunya juga sederhana. Cuma minyak wijen, saus tiram rasa mushroom dan bubuk black pepper. Kepiting yang sudah bersih langsung dimasukin dan dimasak sampai sekitar 30 menit. Nggak perlu pakai garam dan bumbu lainnya. RAsanya sudah manis. Seafood yang masih segar itu rasanya manis dan saat dimasak mengeluarkan air. Bumbu dan cara masaknya boleh sederhana. Tapi rasanya luar biasa enaknya. Apalagi saat mendapatkan daging yang besar dan padat. Dicocol dengan kuah bumbu black pepper sangat luar biasa. Dan jangan takut untuk mengolah kepiting dan jangan mengolah kepiting seperti yang kami (the 3 idiots) lakukan karena sangat tidak berperikepitingan. Menyiksa mahluk yang sangat lezat ini. Dan jangan lupa minum segelas air kelapa hijau untuk menetralisir kolesterol yang mungkin bersarang


hasil olahan setelah mendapat ilmu dari Master Chef Maria Dian Patriani (hail to the Master)

No comments: