Mata saya berkaca-kaca dan tenggorokan tercekat saat Amy, sahabat saya yang bersuara cempreng itu menelpon di suatu siang di awal bulan April. "Mutz, naskah loe udah gw kasih ya ke boss Teuku. Dia mau ketemu loe. Selamat ya Mutz," ucap Amy dengan suara super duper ceria. Saya mengusap air mata yang mendadak mengalir di pipi. "Serius loe My?" tanya saya setengah tidak percaya. "Iya Mutz. Udah loe jangan sedih lagi yaaa. Mulai dari sekarang loe musti siap-siap. Loe belajar dari gw. Ntar malam kita ngobrol deh di tempat biasa," ucap Amy sebelum hubungan telpon kami putus. Saya terduduk di bangku dan langsung menutup mata dan berdoa. Mengucapkan terima kasih pada Tuhan karena apa yang selama ini saya cita-citakan sebentar lagi akan terwujud. Saya menyebutnya sebagai bayi saya. Sebuah catatan perjalanan saya yang dibukukan. Mungkin sebagain orang berpikir, punya buku bukan sesuatu yang istimewa. Banyak orang yang sudah berhasil menerbitkan buku. Saya aja yang lebay menanggapinya. Meskipun saya mengaku kadang-kadang saya suka lebay bin jijay plus ngedangdut banget, tapi untuk yang satu ini saya merasa tidak lebay menanggapinya. Rasa bahagia saya untuk terbitnya buku ini tidak lebay. Saya mempersiapkan buku ini selama kurang lebih setahun. Memulai perjalanan yang panjang bersama seorang sahabat bernama Tari Djumino. Mengumpulkan uang yang ada dan memulai perjalanan. Setelah semua persiapan selesai, ketika semua catatan sudah ditulis, saya mendapat pukulan hebat. Majalah tempat saya bekerja ditutup. Hati saya hancur berantakan, karena majalah ini seperti anak saya sendiri. Saya ingat bagaimana rasanya membuat konsep majalah ini dari awal. Membuat dummy, presentasi di depan BOD, memilih wartawan dan fotografer, memulai liputan, dan seringkali ikut jalan dengan AE untuk presentasi dengan klien. Tubuh saya masih merasakan beratnya tidur di kantor selama dua malam dan weekend yang saya habiskan untuk deadline di kantor. Hati saya masih sering teriris melihat tumpukan majalah yang tersimpan rapi di sudut rumah saya. Di saat-saat seperti itu, ketika kegagalan menghantam kepercayaan diri dan meremukkan emosi, saya berusaha bangkit dan percaya masih ada kesempatan untuk mimpi saya yang lain. Mimpi saya untuk sebuah buku berisi catatan dari si bidadari mungil, saya.
Saya seorang jurnalis. Sampai kapan pun, saya merasa itulah jati diri saya yang hakiki. Ketika saya mulai menulis catatan bidadari mungil, finger prints saya sebagai seorang jurnalis terlihat jelas. Sesuatu yang langsung menerbitkan kritikan yang pedas dari Amy aka Miss Jinjing yang sudah menelurkan 6 buku best seller. "Muts, loe nulisnya kok kayak artikel di majalah sih? Untuk buku you should write it differently," ungkap Amy suatu malam sambil melahap Pizza Domino. Malam itu Amy mengajar saya bagaimana menjadi penulis buku yang baik. Dan malam itu, saya merombak kembali catatan itu dan membuatnya dengan berbeda dan saya merasa sangat bahagia dengan hasilnya. Sebuah catatan yang membuka dengan jelas, siapa saya dan bagaimana saya.
Bidadari Mungil? Semua orang yang membaca dan melihat saya pasti langsung merasa heran. Ukuran saya di mata mereka tidaklah mungil. Tapi itu menurut mereka lho. Menurut saya, mungil abis. Saya merasa tidak ada bedanya dengan Dayana Mendoza, Miss Universe itu. Hampir semua teman dekat memanggil saya dengan panggilan mungil atau imut. Tidak ada yang berani memanggil saya Ndut atau yang sejenisnya. Lalu apa hubungannya dengan bidadari? Nama tengah saya adalah Hapsari yang kalau diterjemahkan berarti bidadari. Nama itu pemberian alm papa karena di matanya saya adalah seorang bidadari. Meskipun kelakuan dan sikap saya tidak seperti bidadari. So, jadilah bidadari mungil.
What's in it? Kalau saya beberkan jadi spoiler dong! Yang pasti, saya suka jalan-jalan dan saya sangat suka makan. Go figure it out!
So, this is it....The Birth of Bidadari Mungil and the journey begin.........
4 comments:
Salute..
Congrats mba didi, bidadari mungil will be a great book like your looks like :D (big and great) hihihihi
God Bless
LOVE
Ethin :*
Great job!!!!
So proud of you, that's what I am talking about cong. never give up. keep going and going and going.
there can be miracles when you believe
Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe
My pray for you days and nights and always. I know you can do it. keep it up...
Love you always,
Shinta
congratzz :)
Sahabatku, imutz, life is never fair, but God is always fair. What we have to do is just do our best and Daddy JC will take care the rest. Love you, MJ
Post a Comment