Tuesday, March 29, 2011

Obelix and Asterix plusPanoramix Eating Ribs di White Hunter Cafe







Malam Minggu yang ceria gw, Melie dan Lijah janjian buat ketemuan. Maksudnya sih buat mengurus rombongan perempuan rempong yang mau jalan-jalan ke Singapura sambil nonton Lion King. Janjian awal di Kemang pun berganti menjadi Gandaria City. Lokasinya sih sebenernya nggak terlalu jauh dari rumah. Tapi mal ini jarang banget gw injek. Belum khatam. Boro-boro khatam, turun di lobby yang sebelah mana aja suka keder kok. Udah gitu Melie and Lijah juga nggak hapal betul mal ini. Lijah malah lebih parah. Malam itu pertamakali dia merawanin Gandaria City. Hmmmmmmmm, kebayang dunk seperti orang buta nuntun orang kicer. Tapi ya sudahlah. Tempat pertemuan sudah ditetapkan dan berangkatlah gw ke Gandaria City. Tapi dasar ya XL itu provider yang suka dudul. BBM kekirimnya setengah mati. Udah gitu anak dua ini ditelpon nggak bisa karena nggak dapet sinyal. Percakapan terakhir dan twitter Melie menyebut-nyebut ngantre di White Hunter. Gw sama sekali nggak tau lokasinya di mana. Jadi begitu masuk dari lobby (please don't ask lobby sebelah mana ya?), gw langsung cari satpam. Ternyata White Hunter berada nggak sampai 20 meter dari tempat gw nanya. Sampai di sana, cafe ini terkesan mewah dan penuh. Daftar antreannya panjang. Udah gitu, waitress yang berada di depan susah banget diajak ngobrol. Gw berusaha mencari di mana Melie dan Lijah berada. Tapi mata kicer gw tidak melihat keberadaan dua perempuan ini.

Mau tanya ke waitress, tapi useless. Waitress malang itu sudah dikerubutin orang yang antre dan mau masuk daftar waiting list. Akhirnya gw nyontek catatan si mbak untuk ngecek, apakah Melie dan Lijah sudah masuk. Gw liat ada nama Melie di daftar tunggu dan sudah diberi coretan. Artinya dua perempuan hitech nan gaptek itu sudah ada di dalam. Gw nekat masuk dan muter-muter ke dalam cafe dan masuk ke smoking area dan gw liat mereka sedang duduk dengan memegang Samsung Galaxy Tab masing-masing (ini bukan iklan. gw nggak dibayar sama Samsung lho. Tapi kalau gara-gara nulis ini Samsung ngasih Galaxy Tab, gw terima kok. *sambil ngarep*). "Oiiii, gimana sih kalian ini? Di telpon nggak ada yang nyaut. Di BBM nggak ada yang jawab. Di YM nggak ada yang komen. Untung gue cerdas," gw langsung merepet ngeliat mereka. Melie dan Lijah langsung kaget dengan kedatangan gw yang cukup mengejutkan. "Nggak ada signal. Nih gw BBM daritadi nggak kekirim2. Sinyal XL emang parah di sini neng," bilang Lijah sambil menunjukkan layar BBMnya. Melie yang berada di sampingnya langsung ngakak. "Udah duduk dulu. Jangan marah-marah dulu. Salam dulu sama Bunda," bilangnya. Bunda? Gw bingung dan kaget melihat mertua Melie duduk di antara mereka. Gw pun langsung mengulurkan tangan sambil nyengir seperti orang bego. "Eh, ada Bunda. Apa kabar Bun?" tanya gwdengan malu-malu. Ngeliat gw yang langsung mengkeret, Melie dan Lijah langsung tertawa terbahak-bakat. Busted!!!!!
Setelah nyamber gelas Mojito Melie dan minum, gw mulai komplain lagi. "Mel, ngapain sih milih tempat di sini. Makanannya pasti mahal kan?"tanya gw dengan wajah memelas. Apalagi gw melihat seporsi ribs yang regular harganya sudah 190 ribu. Belum pesen minumnya. Belum kalau pengen dessert. Aduh masak akhir bulan harus ngabisin duit 300 ribu buat makan malam doang sih? Nanti pulang bisa-bisa ngesot karena udah nggak punya duit buat bayar taksi. "Tenang neng. Makanan diskon 50% buat pemakai kartu krtedit mandiri atau bni. Gw ada kok. Makanya gw pilih tempat ini," ucap Melie. Malam itu Melie pesan Beef Ribs dan gw pesen White Ribs alias Pork Ribs. Gw cukup memesan yang ukurannya regular. Lima buat rusuk babi rasanya sudah cukup. Satu porsi termasuk pilihan side dish mulai mashed potato, french fries, potato wedges, red bean dan corn. Gw milih mashed potato dan red bean. Pesanan Melie dan Lijah datang duluan. Karena kelaparan, gw colek-coleh Beef Ribs punya Melie. Rasanya enak. Sausnya juga OK. Dagingnya empuk dan bumbunya meresap. Mashed Potatonya bolehlah dijadikan andalan, walapun Melie berkeras mashed potato di Chillis masih juara.

Setelah menunggu selama 25 menit akhirnya pesanan gw datang juga. Setiap kali makan ribs, gw nggak pernah pake pisau atau garpu. I like to get dirty. Makan pakai tangan. Robek rusuk-rusuknya dan mulai makan dengan lahap. Side dish harus dihabiskan duluan. Red bean yang dimasak ala Meksiko ini enak. Manis dan asamnya pas. Kacang merahnya juga sudah empuk. Yummy. Ribs daging babi ini enak. Tapi ukuran ribsnya sedikit lebih mungil dibanding yang biasa gw makan di Tony Roma's atau Naughty Nuri's, Bali. Untuk masalah rasa, dua restoran yang gw sebutin tadi masih lebih juara. Tapi over all, ribsnya enak. Meski tidak spektakuler. Green Mojito yang gw pesan juga terbukti mantap. Over all, gw ngabisin duit 120 ribu rupiah saja dan nggak perlu ngesot sampai rumah. Not bad at all. Selama masih ada diskonan 50% persen, it's more than worthed kok makan di White Hunter. Ha ha haha. Maaf ya, gw emang cewek modis (modal diskon). aren't we all???

No comments: