Di saat sebagian besar warga Solo sudah terlelap, warung tenda yang menyajikan nasi dan bubur gudeg dengan ceker ini baru menggelar dagangannya. “Saya biasanya masak di siang hari. Pulang jualan langsung belanja ke pasar. Setelah itu leyeh-leyeh nonton sinetron. Tidur jam sembilan malam dan bangun pas mau jualan,” ungkap Bu Kasno yang sudah berjualan gudeg sejak 1970-an ini. Meski tiap malam begadang, wajah bu Kusno tidak tampak lelah ataupun kuyu. Sambil meladeni pelanggan, sesekali wanita berusia 60 tahunan ini mengajak ngobrol pelanggan. “Ada pelanggan yang sejarah keluarganya saya tahu. Cucunya di mana dan punya anak berapa,” tambah wanita ini.
Nasi gudeg yang disajikan bu Kasno beda dengan gudeg Yogya. Di sini, rasa gudeg tidak terlalu manis. Gudeg dan ceker ayam ditata di atas nasi putih yang masih mengepul. Sekali menyantap menu ini saya langsung jatuh hati. Meski mata masih mengantuk, mulut tidak berhenti mengunyah. Tidak sulit menikmati ceker. Daging dan kulit langsung terlepas dari tulang dan sekali hisap langsung masuk ke dalam mulut. Jangan malu kalau Anda mengacungkan piring pada bu Kasno dan minta tambah.
Jl. Mongonsidi (depan GKJ Margoyudan)
Buka : 02.00-07.00
Harga : Rp. 10.000
No comments:
Post a Comment