Di atas lahan seluas 8 hektar di kawasan Sidang Kaja, Badung, Bali, anak-anak usia pra sekolah sampai kelas 3 SMA (grade 12) mendapat pendidikan yang memadukan kurikulum Cambridge dengan Eco Education. Digawangi pendidik asal Inggris, Afrika Selatan dan Amerika, anak-anak bisa belajar dalam suasana nyaman dan dekat dengan alam. Memelihara tanaman dan sapi serta kambing menjadi ekstra kulikuler yang menyenangkan. Mendekatkan anak-anak dengan alam. Jembatan bambu yang menjulang membelah sungai Ayung mengantar saya memasuki lokasi Green School Bali. Setelah berjalan melalui jalan setapak, perlahan tampak bangunan rumah dari bambu dengan pintu terbuka lebar. Tirai berwarna oranye berkibar terbawa angin. “Ini kantor kepala sekolah dan ruang guru,” ungkap Risa, Liaison Manager, Green School Bali. Ruangan ini tampak lengang karena semua guru sedang berada di ruangan kelas. “Kami memiliki lima orang guru bergelar Phd,” papar Risa sambil mengantar kami menuju ruangan-ruangan kelas yang ada di sekolah yang digagas John Hardy ini. Anak-anak mulai masuk kawasan sekolah sejak pukul delapan pagi.
Perjalanan ini membawa kami ke kelas delapan. Di mana Bu Trudy Rilling-Collins tengah mengajar mata pelajaran Science. Di ruangan kelas yang terbuat dari bambu dan atap jerami ini sejumlah murid kelas 8 sibuk melakukan percobaan micro organisme. Mereka melingkar mengeliling meja dan menuangkan cairan ke tabung kaca. Berceloteh soal bau menyengat micro organisme yang berada di palet kaca. Louis, salah seorang murid dengan antusias menjelaskan tentang percobaan yang sedang dilakukannya bersama teman sekelasnya. Suasana belajar mengajar terkesan santai. Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar. Sebagian murid warga negara asing. “Kami memberi beasiswa pada anak-anak Bali yang berbakat untuk belajar di sini. Jumlahnya 20 persen dari total murid,” ungkap Risa.
Beberapa meter dari area kelas 8, murid-murid kelas 4 sedang asyik memeriksa tanaman timun yang ada di depan ruang kelas. "Kami sedang memanen tanaman. Kamu mau ikut," ungkap salah seorang murid. "Setiap kelas bertanggung jawab untuk memelihara tanaman yang ada di sekeliling ruangan kelas mereka," jelas Risa. Di Green School Bali, anak-anak diajarkan untuk lebih dekat dengan alam. Ruangan kelas tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan atau pintu dan jendela. Tidak hanya itu, di sini Anda tidak akan menemui toilet yang biasa. Fungsi air diganti pasir yang kemudian diolah menjadi pupuk. Jika di sekolah lain, basket, drum band, cheerleaders menjadi ektra kulikuliner, di Green School Bali kegiatan yang disediakan; memelihara ayam, kambing serta membajak sawah dengan sapi. “Anak-anak sangat senang dengan kegiatan ini. Mereka serius memelihara hewan tersebut. Ada beberapa anak dari luar negeri yang belum pernah melihat sapi secara langsung,” ungkap perempuan berambut panjang ini. Penggunaan listrik di kawasan Green School sangat dibatasi. “Kami mencoba untuk meminimalisir penggunaan listrik. Mencoba senatural mungkin,” tambah Risa. Pihak sekolah juga tengah membangun pembangkit listrik tenaga air di Sungai Ayung. Penggunaan listrik akan dipasok dari turbin yang dipasang di sungai.
Green School Bali
Banjar Saren, Jalan Raya Sibang Kaja, Abiansemal, Badung
Bali 80352
T : 0361 8717093
No comments:
Post a Comment